Jumat, 16 Mei 2014

LAPORAN Verbun Dei





Judul Buku              : Verbun Dei
Nama Pengarang   : W. Gary Crampton
Nama Penerbit        : Momentum
Tahun Penerbit       : 2008 

Tebal Halaman           : 157 




BAB I
PENGETAHUAN TENTANG ALLAH
  1. Masalah-“Kepastian”
Secara sederhana, Allah menciptakan manusia untuk hidup, berkembang dalam suatu lingkungan di mana pengetahuannya itu pasti, tidak perlu diragukan. Keberadaan kebahagiaan (atau berkat), dan kehadiran Allah di dalam taman, menjamin kepastian tersebut. Tetapi dengan kejatuhan ke dalam “dosa dan kesengsaraan” setiap aspek pengetahuan manusia menjadi terbuka bagi pernyataan.

  1. Dua Metode Epistemologi
1)    Rasionalisme meninggikan pikiran ke tempat yang tertinggi. Rasio dan logika menjadi sumber yang utama dan satu-satunya, untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
2)    Empirisme meninggikan metode ilmiah untuk memperoleh kepastian. Ada dua masalah dengan empirisme yakni: hanya karena metode ini bergantung pada pengumpulan data untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulannya maka tidak pernah dapat dipastikan bahwa beberapa data baru tidak dapat mengubah data sama sekali kesimpulan-kesimpulannya yang terdahulu, Indera dapat menipu.
  1. Epistemologi Kristen
Epistemologi Kristen harus menggunakan data dari akal budi dan panca indera untuk memperoleh suatu pengetahuan. AllaSuah telah memberitahu kita agar kita menggunakan mata, telinga, dan pikiran kita untuk mempelajari dan mendengarkan Firman-Nya, dan Merenungkan-Nya.
  1. Aspek Ketiga
Sebuah aspek atau unsur yang ketiga diperlukan untuk kepastian yang lebih dalam yang diharapkan manusia. Aspek ketiga tersebut sebagai “Wahyu” dan di dalamnya berisi inti pembahasan. Wahyu adalah Suara Allah, Allah menyatakan diri-Nya melalui wahyu umum dan khusus. Melalui wahyu Allah menyingkapkan diri-Nya kepada manusia, menyatakan diri-Nya kepada manusia.
  1. Pengetahuan akan Allah yang Menyelamatkan
1)    Suatu pengetahuan intelektual tentang kristus
Seseorang harus tahu fakta-fakta dan informasi tentang Dia yang datang untuk menebus orang-orang pilihan Allah. Paulus mengutuk iman yang dibangun atas kesalahan (Roma 10:2).
2)    Suatu persetujuan terhadap Kristus dan Firman-Nya sebagai kebenaran
Seseorang menyangkali bahwa Yesus Kristus dan wahyu Alkitab tentang Dia adalah benar maka ia tidak dapat diselamatkan.
3)    Suatu persetujuan (ketaatan) kepada kebenaran-percaya
Seseorang tidak hanya mengakui kebenaran berita injil, tetapi mempercayakan hidupnya kepada Kristus yang diberitakan (yakni, Kemampuan-Nya untuk menanggung dosa kita dan menyediakan kebenaran-keadilan yang penting untuk memperkenankan Allah) maka ia diselamatkan.

BAB II
DUA SISI PEWAHYUAN
  1. Wahyu Umum
Wahyu umum disampaikan dan dimiliki sejak lahir, wahyu umum disampaikan kepada semua orang melalui alam (yakni, dalam hal-hal yang diciptakan Allah). Dalam Roma 2:14,15 Rasul Paulus mengajarkan doktrin tentang wahyu umum yang dibawa sejak lahir. Wahyu yang terbawa sejak lahir dimiliki semua orang tanpa kecuali, hal ini merupakan poin dari Yudas 1:10. Wahyu umum menyampaikan apa yang disampaikan oleh Tuhan kepada semua umat manusia melalui alam. Allah Tritunggal menciptakan semua benda (Kejadian 1) dan ciptaan-Nya menyatakan ketuhanan-Nya.
  1. Wahyu Khusus
Wahyu khusus disampaikan kepada manusia di dalam Alkitab saja lewat dengan pribadi seseorang. Wahyu khusus ini merupakan suatu bentuk komunikasi verbal, dan disampaikan secara khusus atau spesial kepada orang tertentu.
BAB III
WAHYU KHUSUS
  1. Wahyu yang Bersifat Progresif
Wahyu Alkitabiah bersifat progresif, misalnya penebusan, bagian ajaran teologi ini ditunjukkan sebagai “Teologi Biblika”. Alkitab sendiri merupakan suatu buku perjanjian (Kel. 34:28; Ibr 9:4), yang tidak dapat dibatalkan (Yoh. 10:35). Keseimbangan Alkitab merupakan suatu susunan dari konsep “re-kreasi” (1 Yoh. 3:8; Ibr. 2:14; Rom. 16:20; 2 Kor. 5:17; Why. 21,22).
  1. Kanonisasi Alkitab
Setelah 400 tahun Allah mulai berbicara kepada umat-Nya melalui malaikan Gabriel (Luk. 1:8-38) dan Yohanes Pembabtis (Mat. 3). Dalam kegenapan waktu-Nya Ia berbicara melalui Kristus yang diutus, Firman Allah yang berinkarnasi, ke dalam dunia (Yoh. 1:14,18). Yesus menugaskan para Rasul-Nya (Mat. 10:1-4) untuk berbicara dan menuliskan Firman-Nya yang sempurna. Perjanjian Lama telah lengkap pada 400 SM dan Perjanjian Baru pada 70 M. Perjanjian baru mengutip Perjanjian Lama sebanyak 209 dari 260 pasal Perjanjian Baru. Perjanjian Lama diterima karena kepenulisannya bersifat kenabian, penerimaan oleh orang/agama yahudi (secara historis) dan konsistensi doktrin dalam keseluruhan Perjanjian Lama. Sedangkan Perjanjian Baru kepenulisan bersifat kerasulan, penerimaan oleh gereja yang mula-mula dan konsistensi doktrin dengan keselarasan Alkitab.
  1. Otoritas Alkitab
Fakta bahwa bahwa Alkitab merupakan titik awal dari semua bidang studi yaitu di dalam kitab 2 Timotius 3:16,17, yang mengajar kepada kita bahwa Alkitab berotoritas mutlak. Ada empat lembaga dasar yang Alkitabiah yakni; keluarga (Kej. 1:26-28; 2:24; Ef. 6:1-4), Gereja (Mat. 16:17-19), Pemerintahan Sipil (Rom. 13:1-7), dan Bisnis atau Ekonomi (Ef. 6:5-9; Kol 3:22-4:1).
  1. Doktrin Inspirasi
Alkitab mengklaim diberikan melalui “inspirasi” oleh Allah (2 Tim. 3:16). “Dihembuskan/dinafaskan Allah. Ada beberapa tentang apa yang dibicarakan mengenai permasalahan ini yakni: Infallible, Inerrant, Naskah-naskah Asli, Verbal, Plenary, Konfluen, Perspicuity, Perbedaan Perjanjian Lama dan, Perjanjian Baru, Manusia Sebagai sarana Inspirasi.
  1. Pandangan-pandangan yang Salah Mengenai Inspirasi
Dinamis. Tidak menyebabkan adanya tulisan yang dinafaskan oleh Allah. Parsial, Hanya bagian-bagian tertentu Alkitab yang diinspirasikan. Konseptual, Hanya konsep-konsep Alkitab saja yang diispirasikan, bukan kata-kata di dalamnya. Alami, Para penulis Alkitab hanya dianggap sebagai orang-orang yang sangat jenius saja. Dapat Salah, Allah mungkin menginspirasikan kesalahan. Neo-Orthodoks, Segala sesuatu yang manusia lakukan dicemari oleh dosa.
  1. Kebenaran Proposisional
Kebenaran Allah tinggal dalam keteraturan logis dari kata-kata itu sendiri. Kebenaran-Nya datang melalui analisa logis kita tentang proposisi-proposisi sesuai dengan aturan tata bahasa yang umum. Alkitab juga memberikan kepada kita pengertian di dalam pernyataan-pernyataan yang logis dan dapat di mengerti. Keselarasan Perjanjian Baru menyatakan kepada kita bahwa penyaliban Kristus merupakan suatu peristiwa dari proporsi-proporsi kosmis di mana Tuhan menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29). Alkitab menyatakan peristiwa dan makna dari peristiwa dalam suatu cara yang benar secara mendasar.

  1. Bukti-bukti Alkitabiah
Ada dua macam bukti yang dihubungkan dengan Alkitab yang menegaskan kebenaran-kebenaran klaim-klaim Firman Allah yakni:
·         Bukti Internal: Mujizat-mujizat (Mrk. 2:1-12), penggenapan nubuat mengenai Kristus (Yes. 7:14 dengan Mat. 1:23), sejarah dunia (Dan. 2:37-43), perubahan hidup orang-orang kristen (1 Tes. 2:13), kesatuan isi (Luk. 24:27,44).
·         Bukti Eksternal: Tulisan-tulisan dari gereja mula-mula dan sejarahwan sekuler, penemuan-penemuan arkeologi, hasil-hasil sains dll. Jika diperlakukan secara jujur pasti akan mempertahankan kebenaran pernyataan-pernyataan Alkitab.
  1. Doktrin Inerrasi
Doktrin inerransi mengajarkan bahwa Alkitab bebas dari kesalahan atau mengajarkan bahwa Alkitab bebas dari kesalahan. Doktrin inerransi tidak mengajarkan bahwa masing-masing terjemahan Alkitab itu sempurna dalam terjemahannya. Doktrin inerransi sangat pentik mutlak dalam wahyu khusus. Sangat sulit untuk diragukan bahwa para penulis Alkitab percaya mereka sebenarnya sedang menulis dan mengkomunikasikan Firman Allah. Ada beberapa ayat dalam Perjanjian Baru yang mengkonfirmasikan ajaran ini, para pembaca harus memperhatikan teks berikut secara baik-baik: Mat. 19:4,5; Ibr. 3:7; Kis. 4:24, 25; 13:34,35;.berbicara tentang Alkitab seolah-olah Adalah Allah, Gal. 3:8; Rom.9:17 Allah seolah-olah Alkitab.



BAB IV
PANDANGAN NON-ORTODOKS vs PANDANGAN ORTODOKS
  1. Pandangan Liberal/Neo-Liberal
Pandangan ini, tidak memperhatikan kesejarahan peristiwa-peristiwa Alkitab, dan berusaha mencari inti kebenaran yang terkandung dalam Alkitab. Bagi Bultmann berpegang bahwa untuk mengerti secara tepat kebenaran Alkitab, seseorang harus melakukan “Demitologisasi” Perjanjian Baru mengenai Kristus.
  1. Pandangan Neo Ortodoks
Pandangan ini Alkitab itu berisi Firman Allah, tetapi Alkitab bukan benar-benar Firman Allah. Barth menolak semua wahyu umum dan berpegang bahwa satu-satunya wahyu Allah yang benar adalah Kristus sendiri. Akhirnya, kepentingannya terletak pada pengalaman pribadi yang otentik tentang “Kristus” dan yang bersifat mistik daripada dalam kata-kata Alkitab.
  1. Pandangan Ortodoks
Yang berlawanan dengan teori-teori liberal, neo-liberal, dan neo-ortodoks adalah pandangan yang bersifat historis dari eksegese ortodoks. Kebenaran Allah ditemukan dalam dokumen-dokumen yang tertulis itu sendiri yaitu Alkitab. Otoritas Alkitab adalah suatu fakta yang obyektif dan permanen yang terletak pada kualitas inspirasi dua tiang iman yang sejati pada Alkitab sebagai Firman Allah adalah saksi yang obyektif dan kesaksian yang bersifat internal.
  1. Masalah Sinoptik
Kritik historis terhadap Perjanjian Baru dapat berasal dari masalah sinoptik dalam tiga injil yaitu injil Matius, Markus, dan Lukas dikenal sebagai “Sinoptik”. Di dalam ketiga injil ini terdapat banyaknya kesamaan sedangkan injil Yohanes sangat berbeda sekali.
  1. Kritik Sumber
Kritik sumber menjangkau perbedaan antara kritik rendah dan kritik tinggi. Kritik sumber ini juga membahas tentang masalah persamaan dari ketiga injil Matius, Markus, dan Lukas sedangkan Yohanes sang berbeda sekali. Masing-masing memiliki suatu penggambaran yang berbeda tentng Kristus maupun juga pendengarannya sebagai para pembacanya:
·         Markus pada prinsipnya menulis untuk orang-orang kafir tentang Kristus sebagai Hamba.
·         Matius pada prinsipnya menulis kepada orang-orang Yahudi tentang Kristus sebagai Raja.
·         Lukas pada prinsipnya menulis kepada orang-orang kafir tentang Kristus sebagai manusia.

  1. Kritik Bentuk
Kritik bentuk mengambil pendekatan bahwa injil-injil yang ditulis dari materi sumber adalah cerita-cerita yang terbawa bersama-sama dalam suatu “Bentuk” seperti banyak manik-manik pada sebuah rangkaian yakni, suatu bagian atau porsi dari tulisan yang terkandung atau keepingan-kepingan dari tradisi itulah yang dijumpain dalam Alkitab. Masalah kritik ini menolak kesempurnaan Alkitab dan bahkan kata-kata Yesus (Yoh 14:26; 16:13; 17:17). Metode ini juga benar-benar mengabaikan bukti-bukti laporan saksi mata yang dihubungi oleh para penulis Perjanjian Baru (2 Pet. 1:16-18; 1 Yoh. 1:1-4).

  1. Kritik Redaksi
Kritik redaksi yang merupakan ilmu yang menelusuri berbagai editor dan tujuan dalam penulisan. Kritik ini menolak kepenulisan seperti yang diklaim sepanjang sejarah oleh Gereja. Kritik redaksi tidak memperhatikan perincian-perincian sistimatika ajaran-ajaran Yesus, tetapi ia hanya tertarik dalam menyampaikan injil menurut sudut pandang Matius, Markus, lukas, dan Yohanes. Kelemahan dari kritik redaksi ini yaitu: menolak kesaksian Alkitab tentang self-otentik-nya, berdasarkan pre-suposisi yang salah, usulan-usulannya bersifat subyektif murni.
  1. Ortodoksi
Pandangan ortodoks tentang Alkitab berlawanan dengan bentuk-bentuk kritik yang bersifat bidat ini, dengan doktrinnya Inspirasi Verbal. Ajaran ini mengaklaim inspirasi dari Roh Kudus untuk seluruh “perkataan-perkataan” Allah dalam Alkitab. Alkitab juga self-otentik dari permulaan sampai akhir yakni; terdapat koherensi internal, terdapat sifat sorgawi dalam materi yang terdapat dalam “Kitab”, terdapat suatu unsur kuno dalam materi yang terdapat pada Alkitab, terdapat penggenapan nubuat, terdapat banyak pembuktian self-otentik yang lain mengenai Firman Allah.

BAB V
ALKITAB DALAM KEHIDUPAN INDIVIDU
  1. Alkitab dalam Kehidupan Kristus
Yesus Kristus adalah manusia yang sempurna (1 Kor. 15:45), yang datang untuk menebus umat-Nya dari dosa (Mat. 1:21). Firman Allah merupakan sarana dalam keseluruhan hidup dan pelayanan Kristus di dunia yakni:
·         Dalam Alkitab Yesus mengenal ayat-ayat dengan baik pada usia 12 tahun dan bercakap-cakap dengan orang-orang lain mengenai Firman (Luk. 2:39-50).
·         Karena Ia sangat mengerti Alkitab, Yesus dapat menggunakan Firman Allah untuk mengalahkan setan (Mat. 4:1-10).
·         Kehidupan doa Kristus sesuai dengan Firman Tuhan (Yoh. 17:8,12,17).
·         Yesus mengakui bahwa Alkitab Perjanjian Lama berbicara tentang Dia.
·         Kristus berkhotbah dari Firman Allah dalam pelayanannya (Luk. 4:16-21).
·         Yesus juga mengutip Perjanjian lama sebagai sumber satu-satunya sumber kebenaran-Nya (Mat. 19:3-6; 22:29-32).
  1. Alkitab dalam Konversi/Perubahan
Alkitab merupakan elemen yang penting dalam penginjilan, Firman Allah-lah yang membersihkan hingga keselamatan (Yoh. 15:3). Ada tiga hal penting untuk keselamatan yakni: Seseorang harus tahu kebenaran mengenai Kristus, ia harus menyetujui kebenaran itu, ia harus taat (setujuh tanpa protes) pada kebenaran tersebut. Dalam kitab Rom. 1:16 injil merupakan “kuasa Allah yang menyelamatkan sebab hanya Alkitab yang menyatakan jalan keselamatan (1 Kor. 15:3,5; Kis. 11:13,14), Alkitab juga merupakan Firman Allah yang membawa individu untuk menyetujui kebenaran dari berita Alkitab (Yoh. 4:41), Alkitab adalah apa yang diyakinkan manusia tentang dosa mereka dan memimpin mereka kepada Kristus menyebabkan mereka beriman kepada Kristus (Ibr. 4:12).
  1. Alkitab dalam Pengudusan
Alkitab merupakan saranan utama pengudusan dalam kehidupan orang Kristen. Dalam kitab 2 Tim. 3:16,17, Paulus berbicara tentang Alkitab (PB dan PL) sebagai yang diinspirasikan Allah dan berguna yakni:
·         Pengajaran: saranan yang digunakan untuk memberikan pengetahuan, Alkitab memberikan aturan iman dan hidup bagi kita (Mzm. 19:1; Ams. 2:6).
·         Teguran: Dalam Firman Allah orang Kristen uang bersalah ditegur atas dosa-dosa mereka.
·         Koreksi: Alkitab menunjukkan bagaimana menghadapi dosa, supaya kita dapat kembali berjalan dengan Allah.
·         Berlatih dalam Kebenaran: Alkitab mengajarkan orang kudus bagaimana berjalan dalam jalur kebenaran (Mzm. 23:3), Alkitab menjadi suatu sumber kekuatan (Mat. 4:4; Kis. 20:32).

BAB VI
SIFAT HUKUM TAURAT ALLAH YANG MENGIKAT

  1. Hanya Dua Alternatif
Ada dua jenis alternatif yakni otonomi atau teonomi yaitu menegakkan dirinya sebagai pembuat hukumannya sendiri, kata otonomi berarti mengatur diri sendiri. Allah mengatakan bahwa Ia adalah pemberi Hukuman Ilahi (Yes 33:22).
  1. Relevansi Hukum Taurat Allah yang Terus Menerus
Hukum Taurat tetap berlaku selamanya, hukum Allah yang adil membuktikan relevansi Hukum Taurat saat ini. Semua manusia tetap berada di bawah kovenan kerja untuk keselamatan, di dalam kitab 3:15 yaitu Allah menetapkan Kovenan Anugerah, di mana Ia menjanjikan akan mengirim Mesias untuk menebus umat pilihan-Nya. Kristus lahir di bawah Hukum Taurat, karena itulah, kebenaran sempurna yang dilakukan-Nya sebagai manusia sejati, juga menunjukkan relevansi Hukum Taurat Allah yang berlanjut.
  1. Kesaksian yang Bersifat Pengakuan
Posisi klasik dari Pengakuan Iman Reformed adalah pengakuan mengenai pentingnya orang Kristen untuk menempatkan Hukum Taurat Allah dalam setiap bidang kehidupan. Hukum Taurat adalah suatu standar atau aturan yang sempurna dan kebenaran, sifat moral Hukum Taurat selalu mengikat semua dan Yesus tidak membubarkan, tetapi sangat menguatkan tuntunan ini dalam injil.
  1. Kesaksian Alkitab
Yesus datang untuk  berkhotbah mengenai kerajaan (Mat. 4:17) dan Injil-Nya merupakan Injil Kerajaan Allah (Mat. 4:23). Dalam kitab Mat. 5:17 Yesus berbicara tentang Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi. Melalui hal ini Yesus mencakup keseluruhan Perjanjian Lama dan bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Dalam kitab Mat. 5:19 Yesus terus mengatakan bahwa siapapun yang membantalkan (atau melanggar) satu dari yang paling kecil dari perintah-perintah Allah dan mengajarkan kepada yang lain akan menjadi yang terkecil dalam Kerajaan Allah, tetapi siapa saja yang melakukan dan mengajarkan perintah-perintah Allah akan menjadi yang terbesar.
  1. Doktrin Kovenan
Penuli Ibrani mengatakan bahwa Firman Allah merupakan suatu kitab kovenan. Perkataan-perkataan Kristus memerintah bahwa setiap catatan dan perkataan dalam Hukum Perjanjian Lama dan perjanjian Baru tetap mengikat.
  1. Pembuktian teks yang Merugikan
Poin yang ditegaskan oleh Paulus dan penulis kitab Ibrani adalah bahwa terlepas dari Roh Kudus, Hukum taurat Allah hanya dapat membinasakan. Huruf Hukum Taurat membinasakan, tetapi Roh Kudus memberi hidup (2 Kor. 3:6). Loh pertama Hukum Taurat Allah mengajar kita bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah (secara vertical); Loh kedua menunjukkan kepada kita bagaimana mengasihi Allah dan sesama kita (secara horizontal).

BAB VII
PENAFSIRAN YANG ALKITABIAH
  1. Hermeneutika Ortodoks
1.    Beberapa pertimbangan Gramatika-Sintaksis. Yesus membuktikan doktrin kebangkitan melalui bentuk waktu, seseorang harus mempelajari kata-kata secara etimologis. Alasan untuk mempelajari kata-kata dari segi etimologis adalah karena arti suatu kata mengalami perubahan dalam sekian tahun. Alkitab adalah suatu kitab Perjanjian dan Alkitab harus dilihat secara sedemikian dari awal sampai akhir.
2.    Beberapa Pertimbangan Sejarah-Kebudayaan.  Penting kita ketahui latar belakang sejarah di mana suatu kitab tertentu ditulis, seperti memahami latar belakang kota korintus dan berhala-berhala yang berpengaruh pada zaman itu sangat menolong untuk memahami tujuan surat-surat paulus pada Gereja tersebut secara lebih baik. Dalam kitab Yoh. 13:1-20, Di mana Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Pembasuhan kaki merupakan kegiatan umum pada zaman itu, karena kaki orang yang berpergian menjadi kotor dan letih karena berjalan tanpa sandal.
3.    Beberapa Pertimbangan Kontekstual. Pada penafsiran Alkitab adalah pengenalan yang tepat terhadap konteks di mana suatu perikop Alkitab ditemukan. Dalam kitab Filipi 4:13 Paulus mengatakan bahwa ia dapat melakukan segala hal melalui kuasa Tuhannya.
4.    Beberapa Pertimbangan Teologis. Firman Allah tidak pernah berkontradiksi dengan dirinya (1 Kor. 14:33; Mal. 3:6). Alkitab adalah penafsiran Alkitab yang terbaik sebab inilah yang di sebut oleh para reformator sebagai “analogi iman”.
  1. Bahasa, Pemikiran dan Teologi yang Alkitabiah dan Hermeneutika
Kita tahu bahwa Allah adalah Roh (Yoh. 4:24) dan dengan demikian bersifat sederhana dalam keberadaan (Luk. 24:39), tanpa bentuk seorang manusia. Bahasa-bahasa asli Alkitab harus sepenuhnya dipelajari berkaitan dengan arti historisnya baik secara etimologi maupun melalui penggunaannya dalam bagian-bagian lain di Alkitab. Pikiran Alkitabiah menolak gagasan-gagasan dari pakar psikologi modern yang membagi manusia ke dalam kategori penggolongan yang rapi.
  1. Prinsip-prinsip Dasar Hermeneutika
1)   Alkitab sebagai Karya sastra. Orang-orang Yahudi sering kali menggunakan hiperbola yaitu suatu kata yang berlebihan untuk maksud tertentu misalnya Luk. 14:26, Penggunaan permainan kata, misalnya Yoh. 3:8, Amsal-amsal dan kalimat-kalimat pepata, Penggunaan perupamaan-perupamaan dan alegori-alegori, Puisi Ibrani ditandai dengan paralelisme lebih dari sekedar irama atau sajak, Penggunaan kiasan misalnya Mat. 10:16, Penggunaan metafora, Penafsiran juga harus dapat menyadari bahasa fenomenologis, Penafsir harus mengerti perbedaan antara hukum apodiktik atau konstitusional, Penafsir harus dapat mengenali tipologi Alkitab.

2)   Analogi Iman. Aturan utama hermeneutika adalah analogi Iman, yakni Alkitab menafsirkan Alkitab. Alkitab tidak pernah berkontradiksi denfan dirinya sendiri, bagian-bagian Alkitab yang lebih sulit ditafsirkan oleh bagian yang lebih jelas.
3)   Prioritas pada yang bersifat mendidik. Narasi-narasi harus ditafsirkan oleh bagian-bagian yang bersifat mendidik. Bagian-bagian yang bersifat mendidik adalah secara khusus dimaksudkan untuk mengajarkan kebenaran teologis. Tujuan utama Kisah Para Rasul adalam memberikan kepada kita suatu laporan singkat mengenai pekerjaan dari para rasul dan gereja pada abad pertama.
4)   Prioritas pada yang Eksplisit. Masalah yang timbul pada pendekatan implisit adalah bahaya subyektivisme. Sebuah contoh klasik dapat dilihat dalam kitab Yoh. 3:16 dan Yoh. 6:44 mengenai doktrin pemilihan dan kerusakan total.
5)   Perincian yang Berhubungan Dengan Bahasa. Penafsiran harus dengan hati-hati memutuskan arti dari kata-kata yang digunakan dalam Alkitab. Seseorang yang menguasai bahasa asli Alkitab suatu pertolongan untuk menterjemahkan dalam pandangan manusia.
6)   Kesulita mengenai nubuatan. Nubuat itu terselubung secara historis (1 Pet. 1:10-13), penafsiran akhir dari nubuat terlihat pada penggenapannya (Mal. 4:5,6; Luk. 1:17; Mat. 17:12), semua nubuat mempunyai subyeknya, yaitu Tuhan Yesus Kristus dan Kemuliaan-Nya (Luk. 24:27,44; Why 19;10b)
7)   Penggunaan Logika. Alkitab merupakan buku yang logis.

I Love JESUS, yes I do